logo kabupaten kolaka |
Kabupaten Kolaka adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kolaka.
Kabupaten Kolaka(induk) telah dua kali mengalami pemekaran, yakni
Kabupaten Kolaka Utara, dan yang terbaru adalah Kabupaten Kolaka Timur
yang telah disahkan pada akhir tahun 2012. Pasca pemekaaran, Kabupaten
Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki wilayah
daratan seluas ± 3.283,64 Km2, dan wilayah perairan (laut) diperkirakan
seluas ± 15.000 Km² dan jumlah penduduk 213.064 jiwa (2011). Dari luas
wilayah tersebut Kabupaten Kolaka dibagi dalam 12 (dua belas) Kecamatan.
Bupati Kolaka saat ini adalah DR. H. Buhari Matta, SE.,M.Si. (periode
2009-2014)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kolaka tahun 2011 atas dasar harga konstan 2011 adalah Rp. 3,312,711.080.000,- dengan pertumbuhan PDRB dalam kurun waktu 2007–2011, yaitu tahun 2007 sebesar 9,23% dan tahun 2011 sebesar 13,07%.
Berdasarkan harga berlaku tahun dasar 2007 PDRB Perkapita pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 17,008,316.14,- sedangkan tahun 20011 sebesar Rp. 22,604,244.21,- sehingga dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami kenaikan.
Sejarah Kepemimpinan Kabupaten Kolaka
Sidang
DPRDS Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 Juli 1954, bertempat di Raha
ibukota Muna, membahas tentang pembagian wilayah Kabupaten Sulawesi Tenggara menjadi 2 daerah otonom. Kendatipun terjadi perdebatan yang alot, namun akhirnya disetujui Kabupaten Sulawesi Tenggara dibagi 2 daerah otonom setingkat kabupaten, yang masing-masing diberi nama :
1. Kabupaten
Sulawesi Timur, dengan ibukotanya untuk sementara di kewedanaan
Kendari. Wilayahnya meliputi kewedanaan Kendari dan Kolaka, kemudian
akan ditambah dengan distrik Poleang dan Rumbia.
2. Kabupaten
Sulawesi Tenggara, dengan ibukotanya yang berkedudukan di Bau Bau.
Wilayahnya meliputi kewedanaan Buton dan Muna. (Talha dalam Tamburaka,
2000:544)
Namun
proses penuntutan Kabupaten Sulawesi Timur tiba-tiba berubah secara
substansial dengan munculnya keinginan rakyat Kolaka, mengajukan
tuntutan baru menjadi Kabupaten Kolaka. Tindakan yang dilakukan pihak
kewedanaan Kolaka ini, sesungguhnya merupakan puncak persaingan diantara etnik daratan yang menyebabkan gagalnya rencana pembentukan Kabupaten Sulawesi Timur. Gagal membentuk Sulawesi Timur, dan munculnya gagasan untuk membentuk Kabupaten Kolaka, didukung oleh mahasiswa Kolaka yang berada
di Makassar. Manuver politik para tokoh masyarakat Kolaka, juga
akhirnya mendorong tokoh masyarakat Muna, Buton dan Kendari, ikut
mengajukan tuntutan untuk berdiri sendiri menjadi satu kabupaten.
Dalam
mempersiapkan pembentukan 4 daerah otonom tingkat II itu, pada tanggal
20-22 Juli 1959 diadakanlah musyawarah antar kewedanaan di Kabupaten
Sulawesi Tenggara, yang berlangsung di Kewedanaan Kendari. Rapat ini dihadiri oleh utusan kewedanaan Buton,
Muna, Kolaka dan Kendari, masing-masing berjumlah 15 orang dan 5 orang
dari staf Kantor Bupati Kepala Daerah Sulawesi Tenggara. Hadir pula
dalam rapat itu, Kepala Daerah Pemerintahan Negeri Buton, H. Abdul
Malik, Kepala Pemerintahan Negeri Muna diwakili oleh Asisten Residen
Wedana A.R. Muntu, Kepala Pemerintahan Negeri Kendari diwakili oleh
Bunggasi dan Kepala pemerintahan negeri Kolaka, Abdul Wahab, dan wakil -
wakil dari setiap swapraja Buton, Muna, Kendari dan Kolaka sebagai
peninjau dalam musyawarah. (Said D, dalam Tamburaka, 2000:545)
Musyawarah
ini dihadiri pula oleh Bupati Kepala Daerah Sulawesi Tenggara Drs. H.
La Ode Manarfa, Komandan Komando Pasukan Sulawesi Tenggara selaku
pelaksana kuasa perang daerah Sulawesi Tenggara, Mayor TNI Abdul Kahar,
Sultan Buton La Ode Falihi, dan Raja Muna La Ode Pandu. Yang menjadi
agenda musyawarah adalah membahas masalah-masalah:
1.
Keinginan rakyat daratan yang muncul sejak daerah Sulawesi Tenggara
dijadikan satu kabupaten, hingga sekarang masih tetap diperjuangkan,
yaitu pemekaran Kabupaten Sulawesi Tenggara.
2. Realisasi pembentukan daerah otonom tingkat II dan persiapan pembentukan residen koordinator Sulawesi Tenggara.
3.
Pembagian harta milik dan pegawai negeri dari Kabupaten Sulawesi
Tenggara kedalam tempat kabupaten yang akan dibentuk (Talha dalam
Tamburakan, 2000:545)
Keputusan yang dicapai dalam musyawarah ini diteruskan kepada Gubernur Propinsi Sulawesi
Selatan Tenggara di Makassar untuk dipertimbangkan. Hasil keputusan
rakyat Sulawesi Tenggara, terlaksana setelah ditetapkan Undang Undang
Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan 4 Daerah otonom Tingkat II
sebagai realisasi Pemekaran Kabupaten Sulawesi Tenggara. Kemudian
diperkuat dengan SK Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, tentang
pengangkatan para Kepala Daerah Tingkat II masing-masing sebagai berikut:
1. Daerah Tingkat II Buton dengan ibukotanya Bau-Bau dipimpin oleh Kepala Daerah La
Ode Abdul Halim.
2. Daerah Tingkat II Muna dengan ibukotanya Raha dipimpin oleh Kepala Daerah Abdul Koedoes
3. Daerah Tingkat II Kendari dengan ibukotanya Kendari dipimpin oleh Kepala Daerah Drs. Abdullah Silondae.
4. Daerah Tingkat II Kolaka dengan ibukotanya Kolaka dipimpin oleh Kepala Daerah
5. Yakub Silondae. (Ghazali dalam Tamburaka, 2000:545-546)
Gubernur
Sulawesi Selatan-Tenggara A. Pangeran Pettarani atas nama Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 28 Februari 1960 melantik Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Kolaka, Yakub Silondae, bertempat di Gedung Nasional Kolaka.
Berikut uraian singkat pemerintahan Bupati Kolaka (Tamburaka, 2000)
1. Bupati I : Yakub Silondae (1960 – 1971)
Banyak tantangan yang dihadapi oleh Bupati Yakub Silondae khususnya terkait stabilitas wilayah dalam meletakkan dasar-dasar operasional penyelenggaraan pemerintahan di daerah Kabupaten Kolaka. Selama 11 tahun memimpin daerah ini, ia telah menguras pikiran dan tenaganya hingga terpaksa meninggalkan daerah ini setelah diangkat menjadi Wakil Gubernur Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. Bupati II : Letkol (Purn) Lappase (1971-1976)
Bupati dengan gaya kepemimpinan yang terkenal unik. Seorang prajurit pejuang kemerdekaan dari Kesatuan TNI-AD berpangkat Letnan Kolonel Purnawirawan. Sangat peduli pada pengembangan sumber daya manusia, meskipun dengan memanfaatkan kemampuan daerah yang sungguh sangat terbatas. Tekat Bupati Lappase memiliki ungkapan
yang khas “Tanamlah apa yang dapat ditanam, serta jaga persatuan
sekompak-kompaknya”, ujarnya kepada warga Kolaka yang ditemuinya dalam
setiap kunjungan kerja.
3. Bupati III: Letkol (Purn) Muhammad Nur (1976-1981)
Sosok mantan pimpinan Batalyon Militer Woroagi merupakan peletak
dasar-dasar pembangunan fisik Kolaka. Masa kepemimpinannya, seiring
dengan stabilitas wilayah yang semakin mantap Kabupaten Kolaka telah mendapatkan Anugerah Parasamya Purnakarya Nugraha dari Pemerintah Pusat atas hasil – hasil pembangunan yang telah dicapai
oleh Kabupaten Kolaka.
4. Bupati IV: Drs. H. S. Manomang (1982-1987)
Seorang Pamong karir, yang mengutamakan pembenahan administrasi
pemerintahan. Selain itu juga memperioritaskan pembinaan unsur-unsur
masyarakat Kabupaten Kolaka untuk mengembangkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.
5. Bupati V : Ir. Andi Pangerang Umar (1988-1993)
Teknokrat
yang memulai karirnya dalam tugas-tugas di Sektor Pertanian, sehingga
sasaran penekanan dalam kebijakan pemerintah banyak berorientasi ke
wilayah pedesaan. Komoditi pertanian yang berkualitas tinggi dan mahal harganya dianjurkan untuk dikembangkan
oleh masyarakat. Pada masa ini, pemerintah berhasil memploting wilayah-wilayah pengembangan komoditi pertanian untuk disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing. Ia berhasil menggugah dan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan pertaniannya
untuk komoditas ekspor seperti Kakao dan Lada tanpa meninggalkan tanaman pangan. Kenikmatan petani atas hasil pertaniannya saat ini, tidak lepas dari kebijakan pemerintahanan Andi Pangerang Umar.
6. Bupati VI: Drs. H. Adel Berty (1993 – 2003)
Pamong yang meniti karir mulai dari tingkat kecamatan hingga Sekwilda Tingkat II Kolaka, membuat dirinya terampil untuk mengolah aspirasi yang berkembang sesuai kebutuhan masyarakat menjadi rumusan program pembangunan. Langkahnya membenahi ruas jalan kota
bahkan dengan mereklamasi pantai di sekitar kota dan perbaikan sarana pelayanan umum seperti pembangunan Pelabuhan Nusantara akhirnya merubah wajah ibukota Kabupaten Kolaka. Karakter yang unik dari pemimpin ini adalah cara kepemimpinannya yang maksimal
mengajak masyarakat terlibat berpartisipasi dalam program-program pembangunan.
7. Bupati VII: Drs. H. Buhari Matta, M.Si (2004 - 2013)
Pemimpin
yang menuangkan blue print pembangunan Kabupaten Kolaka dengan tajuk
“Kolaka Emas 2010”. Tajuk tersebut merupakan kumpulan konsep, strategi
dan program unggulan pemerintah daerah dalam melakukan/ melaksanakan berbagai aktivitas pemerintahan. Pendekatan tersebut antara lain “GERBANGKASTER” akronim dari Gerakan Pembangunan Kawasan Tertinggal, sedangkan “GERBANGMASTRA” adalah Gerakan Pembangunan Masyarakat Sejahtera. Tujuan utamanya adalah menggenjot peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah.
Secara khusus kedua pendekatan tersebut bertujuan akhir mewujudkan
masyarakat dan daerah Kolaka sejahtera, mandiri, perjuangan, religius
dan berbudaya secara demokratis.
Keadaan Wilayah
Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki wilayah daratan seluas 3.283,64 km² dan wilayah perairan/laut diperkirakan seluas ± 15.000 km², berbatasan dengan:{{Batas_USBT |utara=Kabupaten Kolaka Utara |selatan=Kabupaten Bombana |barat=Teluk Bone |timur= kabupaten kolaka timur
Topografi dan Hidrologi
Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka umumnya terdiri dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan, memiliki beberapa sungai yang memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigasi serta pariwisata. Kabupaten Kolaka dipandang dari sudut oseanografi memiliki perairan (laut) yang sangat luas, yaitu diperkirakan mencapai ± 15.000 km2.Iklim
Wilayah daratan Kabupaten Kolaka mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara minimum sekitar 10 °C dan maksimum 31 °C atau rata-rata antara 24 °C - 28 °C.Pemerintahan
Wilayah Administrasi
Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kolaka pada tahun 2012 terdiri atas 11 kecamatan, antara lain:Wilayah kecamatan terdiri dari:
- Kecamatan Toari
- Kecamatan Baula
- Kecamatan Kolaka
- Kecamatan Latambaga
- Kecamatan Pomalaa
- Kecamatan Samaturu
- Kecamatan Tanggetada
- Kecamatan Watubangga
- Kecamatan Wolo
- Kecamatan Wundulako
- Kecamatan Polinggona
- Kecamatan Iwoimendaa
Pemerintahan Desa
Pada tahun 2012 jumlah desa/kelurahan 102 desa dan 24 kelurahan.Dewan Perwakilan Rakyat
Jumlah anggota DPRD tahun 2010 sebanyak 35 orang yang berasal dari 15 Partai Politik. Produk hukum yang dihasilkan pada tahun 2010 sebanyak 65 produk hukum, yaitu 15 Perda, 28 Keputusan DPRD, 5 Keputusan Pimpinan dan Keputusan Panitia Musyawarah sebanyak 17 buah.Kependudukan dan Tenaga Kerja
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka sebanyak 314.812 jiwa yang terdiri dari 161.679 laki-laki dan 153.133 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk pada kurun waktu tahun 2000–2010 rata-rata sebesar 2,79% per tahun.Persebaran Penduduk
Persentase persebaran penduduk yang berada di bawah 5% adalah Kecamatan Tanggetada, Kecamatan Baula, dan Kecamatan Uluiwoi.Keadaan struktur umur penduduk pada tahun 2005 menunjukan bahwa penduduk usia muda atau berumur dibawah 15 tahun sekitar 35,15%. Beberapa tahun terakhir angka rasio jenis kelamin cenderung stabil pada angka 105 yang berarti setiap ada 100 perempuan ada sebanyak 105 laki-laki.
Ketenagakerjaan
Pada tahun 2005 secara keseluruhan TPAK Kabupaten Kolaka sebesar 116.405 orang dimana sebelumnya pada tahun 2004 terdapat sebanyak 156.617 orang. Angka tersebut belum dapat dijadikan sebagai pedoman karena angkatan kerja pada tahun 2004 masih menyatu dengan Kabupaten Kolaka Utara.Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Kolaka, terlihat bahwa sektor pertanian masih paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sebesar 71.415 orang.
Sosial
Pendidikan
Dilihat dari ratio murid terhadap guru pada tahun 2005/2006, yaitu untuk SD sebesar 23, SLTP sebesar 20 dan SLTA sebesar 13 sebenarnya sudah cukup ideal. Hanya yang menjadi masalah bahwa seorang guru tidak mengajar/tatap muka secara terus-menerus, sehingga sebuah kelas tetap memiliki jumlah siswa lebih dari 30 orang dengan seorang guru yang sedang mengajarnya.Kesehatan
Tenaga kesehatan pada tahun 2004 sebanyak 320 orang dan pada tahun 2005 naik menjadi 906 orang, sehingga tenaga kesehatan yang tersebar sudah cukup memadai untuk menangani pasien yang ada.Ekonomi
Pertanian dan Perkebunan
Pada tahun 2005 tanaman padi mengalami penurunan luas panen dari semula tahun 2004 sebanyak 22.120 ha menjadi 22.093 ha pada tahun 2005.Cengkeh pada tahun 2004 luas arealnya 1.610,89 ha sedangkan tahun 2005 meningkat menjadi 1.635,34 ha. Komoditi jambu mete luasnya mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2004 seluas 4.706,88 ha dan tahun 2005 menjadi 4.441,38 ha, namun produksinya justru mengalami peningkatan.
Peternakan dan Perikanan
Populasi ternak sapi pada tahun 2004 sebanyak 33.705 ekor mengalami kenaikan pada tahun 2005 menjadi 34.738 ekor. Kecamatan Watubangga selama ini dikenal sebagai pusat ternak di Kabupaten Kolaka seperti sapi, kerbau dan kambing.Populasi ternak unggas ayam ras terbanyak terdapat di Kecamatan Baula sebesar 351.404 ekor pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 produksi ikan tercatat sebesar 25.373,20 ton yang terdiri dari produksi ikan laut sebesar 19.253,30 ton dan ikan darat sebanyak 6.119,90 ton.
Industri dan Pertambangan
Perusahaan industri besar/sedang yang sangat menonjol adalah Pabrik Fero Nikel PT. Aneka Tambang di Kecamatan Pomalaa. Pada tahun 2004 pabrik Feni 3 dan sudah beroperasi pada tahun 2005.Jumlah perusahaan industri kimia selama 5 tahun mengalami kenaikan dari 291 perusahaan tahun 2001 menjadi 304 perusahaan pada tahun 2005, dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.169.366.000,- pada tahun 2001 menjadi Rp.1.950.846.000,- tahun 2005 serta nilai produksi naik dari Rp.734.351.000,- pada tahun 2001 menjadi Rp. 1.394.855.000,- tahun 2005.
Perusahaan industri logam dan mesin tahun 2005 sebanyak 168 perusahaan, kenaikan tersebut diikuti kenaikan jumlah tenaga kerja dari 1.177 orang tahun 2001 menjadi 1.256 orang tahun 2005, investasi Rp. 2.205.069.000,- tahun 2001 menjadi Rp. 3.051.561.000,- tahun 2005 dan produksi perusahaan menjadi Rp. 4.119.607.000,- tahun 2005.
Di Kabupaten Kolaka terdapat pertambangan Nikel dan dengan keunggulan tersebut diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang ada semaksimal mungkin untuk menunjang perkembangan perekonomian.
Nilai produksi hasil pertambangan pada tahun 2005 mengalami kenaikan produksi bijih nikel, yaitu pada tahun 2004 sebesar 1.312.411 ton dan pada tahun 2005 meningkat sebesar 1.577.602 ton. Dengan kenaikan produksi tersebut, nilai produksi juga mengalami kenaikan dari Rp. 108.237 juta pada tahun 2004 naik menjadi Rp. 148.958 juta pada tahun 2005.
Perdagangan
Nilai jual produksi nikel juga mengalami peningkatan, pada tahun 2004 senilai US $ 16.407.171,31,- dan tahun 2005 meningkat menjadi US $ 41.501.542,73. Namun pada ekspor ferro nikel mengalami penurunan apabila pada tahun 2004 sebesar 30.807,52 ton dan tahun 2005 sebesar 28.680,17 ton. Seiring dengan penurunan nilai ekspor, maka nilainya juga mengalami penurunan dari US $ 87.014.875,99,- pada tahun 2004 menjadi US $ 82.623.725,80,- pada tahun 2005.Nilai ekspor barang melalui Pelabuhan Pomalaa terjadi peningkatan, jika pada tahun 2004 senilai US $110.505.250.300,- pada tahun 2005 meningkat menjadi US $ 136.935.300.540.-[butuh rujukan]
Angkutan dan Komunikasi
Panjang Jalan
Panjang jalan pada tahun 2010 tercatat sepanjang 1.348,81 km yang terdiri dari jalan Negara sepanjang 8,17 km, jalan Provinsi sepanjang 162,73 km dan jalan Kabupaten sepanjang 1.168,61 km.Pengangkutan
Kegiatan usaha pelayaran selama tahun 2005, seperti kunjungan kapal, arus barang dan penumpang sebanyak 2.296 kunjungan kapal yang terdiri dari 2.262 pelayaran dalam negeri dan 34 pelayaran luar negeri. Dari 2.262 pelayaran dalam negeri tersebut terjadi bongkar barang sebesar 269.360 ton dan muat 87.630 ton serta penumpang turun sebesar 141.116 orang dan naik 155.887 orang. Kemudian dari pelayran luar negeri tidak terdapat arus naik turun penumpang tetapi terdapat bongkar barang sebesar 25.652 ton dan muat 892.263 ton.Pos dan Telekomunikasi
Mengenai sarana telekomunikasi yang terdapat di Kabupaten Kolaka pada tahun 2005 sebanyak 3.340 kapasitas sentral berjenis otomat dan 2.800 sambungan telepon induk. Sambungan telepon induk pada tahun 2005 mengalami peningkatan dari tahun 2004 sejumlah 2.630 menjadi 2.800 pada tahun 2005.
(Sumber : Wikipedia.org)
(Sumber : www.kolaka.go.id)
No comments:
Post a Comment