Thursday, February 4, 2016

KABUPATEN MUNA BARAT




logo kabupaten muna barat
Kabupaten Muna Barat atau disingkat Mubar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil pemekaran dari Kabupaten Muna pada pertengahan tahun 2014. Ibukota Kabupaten Muna Barat terletak di Laworo, Kecamatan Sawerigadi

Pemerintahan

Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Kabupaten Muna Barat berbentuk daerah kabupaten otonom yang dipimpin oleh seorang Bupati dan Wakil Bupati. Untuk sementara daerah ini dipimpin oleh Pelaksana Tugas Bupati yang ditunjuk langsung oleh Gubernur Sulawesi Tenggara. Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Muna Barat saat ini dilaksanakan oleh Radjiun Tumada.

Wilayah Administratif

Kabupaten Muna Barat dengan ibukotanya Laworo secara administratif terdiri atas 11 kecamatan definitif yang selanjutnya terdiri atas 86 unit desa dan 5 Unit Pemukiman Transimigrasi (UPT).
Berikut adalah kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Muna Barat.
  1. Kecamatan Lawa
  2. Kecamatan Tiworo Kepulauan
  3. Kecamatan Sawerigadi
  4. Kecamatan Maginti
  5. Kecamatan Barangka
  6. Kecamatan Kusambi
  7. Kecamatan Wadaga
  8. Kecamatan Tiworo Tengah
  9. Kecamatan Tiworo Utara
  10. Kecamatan Tiworo Selatan
  11. Kecamatan Napano Kusambi

Batas Wilayah

Batas wilayah Kabupaten Muna Barat adalah sebagai berikut:
  1. Utara : Kabupaten Konawe Selatan
  2. Selatan : Kabupaten Muna
  3. Barat : Kabupaten Bombana
  4. Timur : Kabupaten Muna

Topografi

Sebagian besar Kabupaten Muna Barat merupakan dataran rendah.

Agama

Masyarakat Kabupaten Muna Barat sebagian besar beragama Islam dan hanya ada sebagian kecil beragama Hindu dan Kristen Protestan. Minoritas Hindu dan Kristen umumnya dapat dijumpai pada unit pemukiman transmigran.

Sosial Kependudukan

Berdasarkan Sensus Ekonomi Kependudukan tahun 2010, jumlah populasi penduduk Kabupaten Muna Barat adalah sebanyak 83.364 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 81,5 jiwa/km2.
Masyarakat Kabupaten Muna Barat merupakan masyarakat heterogen yang berpendudukkan beragam suku. Suku utama yang mendiami daerah ini adalah Suku Muna. Selain itu di daerah ini dihuni pula oleh penduduk transmigran yang berasal dari Jawa, Bali, dan Maluku.

Ekonomi

Pendapatan daerah Kabupaten Muna Barat sangat ditunjang oleh bidang perkebunan dan pertanian yang tersebar merata hampir diseluruh wilayah daerah ini. Selain itu, di wilayah kecamatan Tiworo Kepulauan juga menyumbang pendapatan daerah dari sektor perikanan yang cukup besar.

Transportasi

Kondisi Jalan

Komposisi Jalan raya di Kabupaten Muna Barat terdiri atas jalan provinsi dan jalan kabupaten. Kondisi jalan yang ada di daerah ini sekitar 40% rusak dan sedang dalam perbaikan.

Transportasi Darat

Untuk transportasi masyarakat setiap harinya di daerah ini dilayani oleh angkutan darat, seperti mobil sewaan, Damri ataupun angkutan umum. Angkutan umum ini melayani rute transportasi Lawa-Raha, Kambara-Raha, Masara-Raha dan Tondasi-Kendari(Damri).

Transportasi Laut

Untuk transportasi laut masyarakat di daerah ini telah tersedia Pelabuhan Laut Tondasi, yang melayani rute pelayaran Tondasi-Makassar maupun Tondasi-Dongkala.

Transportasi Udara

Untuk transportasi udara masyarakat di Kabupaten Muna Barat bisa menggunakan pesawat terbang yang melayani rute Guali-Makassar maupun sebaliknya pada Bandar Udara Sugi Manuru.

Pariwisata

Kabupaten Muna Barat merupakan daerah potensial untuk pengembangan agrowisata dan wisata sejarah.
Pengembangan agrowisata didaerah ini ditunjang oleh banyaknya perkebunan yang ada di wilayah kecamatan Tiworo Kepulauan.
Selain agrowisata di Kabupaten Muna Barat juga banyak tempat bersejarah untuk wisata sejarah, diantaranya adalah benteng-benteng tua di wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan.

(Sumber : Wikipedia.org)

KABUPATEN BUTON TENGAH




logo kabupaten buton tengah
Kabupaten Buton Tengah atau disingkat Buteng merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ibukotanya berada di Labungkari, Kecamatan Lakudo. Buton Tengah merupakan hasil pemerkaran dari Kabupaten Buton yang disahkan pada pertengahan tahun 2014 bersama Kabupaten Buton Selatan dan Kabupaten Muna Barat. Ketiga daerah otonomi baru tersebut disahkan menjelang akhir kepengurusan DPR RI periode 2009-2014 [1]. Salah satu alasan pemekaran wilayah ini adalah karena permasalahan akses. Seluruh wilayah Buton Tengah tidak berada di Pulau Buton, sedangkan ibukota Kabupaten Buton berada di Pasarwajo. Pelayanan dan kontrol membutuhkan biaya dan waktu yang panjang karena harus melewati laut menuju Kota Baubau, lalu dilanjutkan perjalanan darat menuju Pasarwajo di ujung timur Pulau Buton

Sejarah Singkat

Daerah Buton Tengah merupakan bekas wilayah Kerajaan dan Kesultanan Buton yang telah eksis sejak zaman dulu. Pada masa pemerintahan Raja Buton ke-6 dan juga Sultan Buton ke-1 bernama Murhum, rakyat Gu dan Mawasangka diriwayatkan patuh dan setia kepadanya. Ikatan emosional Gu dan Mawasangaka terhadap Buton semakin kuat setelah Murhum berhasil membela negeri mereka. Ketika kembali ke Buton, Murhum turut membawa “syara-pancana” dan kemudian Gu dan Mawasangka diberinya nama “Paincana” selaku tanda kemenangan Murhum. Nama ini kemudian lekat untuk menggambarkan kedua etnis di Buton Tengah tersebut dengan sebutan pancana atau pancano [3].
Keberadaan Buton Tengah juga tertuang pada Undang-Undang Murtabat Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni undang-undang Kesultanan Buton pada masa Sultan Buton ke-4, La Elangi (Sultan Dayanu Ikhsanuddin). Disebutkan bahwa Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie yang diduduki oleh 30 menteri dan 40 bobato. Sedangkan sisanya menandakan kaum yang memegang pemerintahan di pusat. Dari 70 bagian tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian besar yakni Pale Matanayo dan Pale Sukanayo. Lakina Lakudo, mengepalai wilayah Kadolo, Lawa, Tangana-lipu, Tongkuno, Gu, Wongko Lakudo, dan Wanepa-nepa (Distrik Gu). Lakina Bombonawulu menduduki wilayah Bombonawulu-kota, Rahia, Wakea-kea, Uncume, Wongko-bombonawulu (Distrik Gu). Kedua lakina tersebut merupakan kadie di wilayah Pale Matanayo [4].
Di wilayah Pale Sukanayo, Menteri Peropa mengepalai beberapa wilayah salah satunya Ballo di Distrik Kabaena (termasuk wilayah Talaga saat ini), Menteri Gundu-Gundu mengepalai Kooe dan Kantolobea (Distrik Mawasangka), Menteri Melai mengepalai Boneoge (Distrik Gu), Menteri Lanto di Lalibo (Distrik Mawasangka), Menteri Wajo di Wajo (Distrik Gu), Menteri Tanailandu di Wasindoii (Distrik Mawasangka). Selanjutnya Lakina Boneoge di Boneoge, Madongka, Tanga, dan Matanayo (Distrik Gu), Lakina Baruta di Baruta (Distrik Gu), Lakina Mone di Lambale dan Wakuru (Distrik Gu), Lakina Lolibu di Lipumalangan II dan Tongkuno (Distrik Gu), dan Lakina Inulu di Lamena, Lagili, dan Wakengku (Distrik Mawasangka) [5].
Dalam undang-undang kesultanan juga disebutkan Tamburu Limaanguana. Tamburu Limaanguana yaitu pasukan kehormatan sultan yang terdiri atas lima kelompok yang masing-masing kelompok memiliki nama sendiri-sendiri, salah satunya Mawasangka [6].

Keadaan Wilayah

Wilayah Kabupaten Buton Tengah berbatasan dengan:
Utara Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana
Selatan Laut Flores
Barat Teluk Bone
Timur Selat Buton

Pemerintahan

Pemerintahan Daerah

Wilayah Kabupaten Buton Tengah terdiri dari 7 kecamatan, yaitu:
  1. Kecamatan Lakudo
  2. Kecamatan Gu
  3. Kecamatan Sangiawambulu
  4. Kecamatan Mawasangka
  5. Kecamatan Mawasangka Tengah
  6. Kecamatan Mawasangka Timur
  7. Kecamatan Talaga Raya

Lambang Daerah

Dari setiap warna memiliki arti yang berbeda. Biru melambangkan kewibawaan, kemenangan dan masa depan yang cerah. Putih sebagai tanda kesucian hati, niat yang tulus dan rasa keadilan. Kuning tanda semangat kerja, belajar, berusaha, dan kemapanan. Hijau bermakna kemakmuran dan semangat religius. Hitam bertanda loyalitas, pengayom dan demokratis, serta merah wujud keberanian, rela berkorban, dan semangat kepahlawanan. [7].
unsur-unsur lambang seperti bentuk perisai berupa jao-jaonga sebagai bingkai lambang merefleksikan daya tahan, keteguhan, keamanan, dan ketentraman masyarakat Buteng. Laut bermakna karakteristik masyarakat Buteng yang religius. Gunung mencerminkan kondisi geografis wilayah Buteng, sekaligus melambangkan tekad, kegigihan dan keuletan masyarakat [8].
Sedangkan jarum menunjukkan Buteng secara historis sebagai salah satu daerah basis pertahanan (Matana Surumba) pada masa Kesultanan Buton. Makna benteng bahwa daerah Buteng bagian dari wilayah dan budaya Buton. Lalu 5 undakan pada benteng bahwa pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup masyarakat. Pintu gerbang pada benteng berjumlah 7 merupakan lambang 7 kecamatan yang menjadi cikal bakal hingga terbentuknya Buteng [9].
Perahu layar dan gelombang sebagai dinamika dan spirit kemaritiman yang menjadi karakter masyarakat. Sedangkan ikan dan jambu mete pada perahu layar menandakan hasil alam yang potensial di Buteng. Padi dan kapas, melambangkan cita-cita kesejahteraan. Buku dan pena, merefleksikan kecintaan masyarakat dan keadilan yang ingin diwujudkan pada seluruh lapisan masyarakat Buteng [10].
Lalu, jumlah 24 bulir padi dan jumlah 7 bunga kapas melambangkan tanggal dan bulan terbentuknya Buton pada 24 Juli 2014 Makna adanya frasa Kabupaten Buteng dalam pita putih sebagai Buteng merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) [11].

Sosial dan Kependudukan

Penduduk

Sebagaimana halnya wilayah-wilayah lain bekas Kerajaan dan Kesultanan Buton, etnis di Buton Tengah juga beragam. Sampai saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan berapa banyak sesungguhnya etnis yang ada di Buton. Namun jika melihat kelompok besarnya, di Buton Tengah didiami oleh penduduk dari etnis Buton-Gulamasta (Pancana), Moronene-Kabaena, Bajo, Muna, dan Wolio.

Agama

Umumnya masyarakat Buton Tengah memeluk agama Islam.

Pekerjaan

Masyarakat Buton Tengah berprofesi sebagai petani, nelayan, pelaut, pedagang, dan sebagian kecil bekerja di sektor pertambangan.

Ekonomi

Pertanian dan Perkebunan

Wilayah Kabupaten Buton Tengah sangat berpotensi untuk dikembangkan padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar, dan kacang hijau. Padi ladang merupakan komoditas yang dapat diandalkan seperti di Kecamatan Mawasangka dengan area panen 10 Ha dengan total produksi ± 9 ton padi ladang. Kemudian di Kecamatan Gu 2.679 Ha dengan total produksi ± 537 ton jagung. Di Kecamatan Gu juga memiliki luas area pertanian singkong dengan luas area 2.679 Ha dengan total produksi ± 11.258 ton, perkebunan kapuk 56,35 Ha dengan total produksi mencapai ± 480 ton, dan perkebunan kakao seluas 32 Ha dengan total produksi mencapai ± 390 ton. Selain itu komoditas mete kualitas ekspor di Lombe telah lama mendunia. Pohon palm agel juga banyak ditemukan di Buton Tengah sebagai salah satu bahan baku kerajinan anyaman.

Perikanan

Potensi laut yang dapat dimanfaatkan yaitu perikanan dan budidaya rumput laut yang produksinya mencapai ± 13.966,34 ton.

Pertambangan

Kecamatan Talaga Raya juga menyimpan kekayaan mineral berupa tambang nikel.

Perdagangan

Secara kualitatif komoditi-komoditi potensial diperdagangkan antar pulau melalui tiga pelabuhan laut utama di Buton Tengah.

Pariwisata

Dari sektor pariwisata, beberapa objek wisata baik wisata alam, sejarah maupun budaya menjadi daya tarik tersendiri.
Dari sektor wisata sejarah kita dapat menemukan berbagai benteng peninggalan kesultanan Buton, seperti Benteng Kota Bombonawulu, Benteng Wasilomata, Benteng Gumanano dan lain sebagainya.
Dari segi wisata alam didaerah ini bisa ditemui berbagai pantai berpasir putih bersih, seperti Pantai Mutiara, Pantai Katembe, Pantai Lamena, dan masih banyak lagi.
Salah satu pantai terkenal di Daerah ini yakni Pantai Mutiara yang berada di Desa Gumanano Kecamatan Mawasangka.
Untuk wisata budaya kita dapat menemukan kampung yang memegang teguh budayanya yakni kampung wasilomata yang berada di Kecamatan Mawasangka. Hampir seluruh rumah didaerah ini memiliki bentuk yang nyaris serupa.

Transportasi

Aksesibilitas

Kabupaten Buton Tengah menjadi salah satu daerah pengubung antara Kota Baubau, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Bombana.
Kabupaten Buton Tengah dapat diakses dengan cara:
  • Melalui laut dengan menggunakan kapal laut PELNI.
  • Melalui laut dengan menggunakan kapal fery dari Baubau.
  • Melalui laut dengan menggunakan speed boat dari Kota Baubau dan Kabaena, kabupaten Bombana.
  • Melalui darat dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dari Kabupaten Muna.

Pelabuhan

Terdapat tiga pelabuhan utama di Buton Tengah yaitu:
  • Pelabuhan Fery Wamengkoli. Merupakan salah satu pelabuhan dengan rute ‘gemuk’ di Sulawesi Tenggara. Pelabuhan ini melayani rute Wamengkoli-Baubau tidak kurang 12 kali dalam sehari. Selain kapal fery, speed boat juga ada di pelabuhan ini dan melayani 35 rute. Adanya pelabuhan yang sudah eksis sejak tahun awal abad ke-20 ini, berimplikasi pada sektor jasa yang mendongkrak pendapatan masyarakat sekitar.
  • pelabuhan Fery Mawasangka, yang menghubungkan mawasangka talaga
  • Pelabuhan Lianabanggai. Pelabuhan ini berada di Kecamatan Mawasangka Tengah. Pelabuhan ini memiliki kedalaman 15-30 meter yang direncanakan dapat dilabuhi oleh kapal PELNI maupun kapal cargo/barang lainnya.
  • Pelabuhan Transito. Berada di Kecamatan Talaga Raya, pelabuhan ini menjadi tempat bersandarnya berbagai macam kapal seperti kapal kayu, kapal minyak, kapal penumpang, dan juga kapal feri.
(Sumber : Wikipedia.org)

KABUPATEN BUTON SELATAN




logo kabupaten buton selatan
Kabupaten Buton Selatan atau disingkat Busel merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil pemekaran dari Kabupaten Buton pada pertengahan tahun 2014 menjelang akhir kepengurusan DPR RI periode 2009-2014 [1]. Alasan pemekaran kabupaten ini salah satunya karena akses yang menghambat pelayanan. Sejak pemekaran Kota Baubau pada tahun 2001, ibukota Kabupaten Buton dipindahkan ke Pasarwajo. Akses menuju Pasarwajo bagi masyarakat Buton Selatan harus melalui Kota Baubau terlebih dahulu karena belum ada akses langsung dari wilayah Buton Selatan ke Pasarwajo. Terlebih beberapa daerah di Buton Selatan merupakan pulau-pulau yang terpisah dari Pulau Buton, seperti Pulau Kadatua, Pulau Siompu, dan Pulau Batu Atas, pulau paling selatan di Sulawesi Tenggara. Kabupaten Buton Selatan sebagian besar wilayahnya terletak di Pulau Buton yang merupakan pulau terbesar di luar pulau induk Kepulauan Sulawesi, atau pulau ke-130 terbesar di dunia

Sejarah Singkat

Buton Selatan telah eksis sejak zaman Kerajaan dan Kesultanan Buton. Dalam Undang-Undang Martabat Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni undang-undang Kesultanan Buton pada masa Sultan Buton ke-4, disebutkan daerah-daerah Kesultanan Buton. Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie yang diduduki oleh 30 menteri dan 40 bobato. Sedangkan sisanya menandakan kaum yang memegang pemerintahan di pusat. Dari 70 bagian tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian besar yakni Pale Matanayo dan Pale Sukanayo [3]. Di wilayah Pale Matanayo, Menteri Baluwu mengepalai Rongi, Sempa-Sempa, Tambunaloko, dan Kaindea (Distrik Sampolawa) dan Kaoengkeongkea (Distrik Pasarwajo) dengan nama kesatuannya Lapandewa. Selanjutnya Menteri Ketapi di Busoa (Distrik Batauga), Lakina Tobe-Tobe di Tobe-Tobe (Distrik Batauga), dan Lakina Batauga di Batauga (Distrik Batauga) [4]. Di wilayah Pale Sukanayo, Menteri Peropa di Wabula dan Wasuemba (Distrik Sampolawa), Warugana (Distrik Batauga), dan Ballo (Kabaena). Kemudian Menteri Gama di Lipu, Kaufe, Kapea, dan Banabungi (di pulau Kadatua) yang masuk pada Distrik Batauga dan Wakoko Distrik Pasarwajo. Menteri Siompu di Biwina-pada, Molona, Kaimbulawa, dan Lontoi (terdapat di Pulau Siompu) di Distrik Batauga. Selanjutnya Menteri Lantongau di Katokobari (Distrik Mawasangka) dan Saumolewa (Distrik Sampolawa), Lakina Bola di Lakulepa dan Rano (Distrik Batauga), Lakina Sampolawa di Katilombu Uwe-bonto, dan Mambulu (Distrik Sampolawa), Lakina Kambe-Kambero (Distrik Batauga), Lakina Labalawa (Distrik Batauga), Lakina Lawele di Lawele (Distrik Batauga), dan Lakina Laompo di Laompo (Distrik Batauga) [5].

Keadaan Wilayah

Wilayah Kabupaten Buton Tengah berbatasan dengan:
Utara Kota Baubau dan Kabupaten Buton
Selatan Laut Flores
Barat Laut Flores
Timur Kabupaten Buton dan Laut Flores

Pemerintahan

Pemerintahan Daerah

Wilayah Kabupaten Buton Selatan terdiri dari 7 kecamatan, yaitu:
  1. Kecamatan Batauga
  2. Kecamatan Sampolawa
  3. Kecamatan Lapandewa
  4. Kecamatan Batu Atas
  5. Kecamatan Siompu
  6. Kecamatan Siompu Barat
  7. Kecamatan Kadatua

Sosial dan Kependudukan

Penduduk

Sebagaimana halnya wilayah-wilayah lain bekas Kerajaan dan Kesultanan Buton, etnis di Buton Selatan juga beragam. Sampai saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan berapa banyak sesungguhnya etnis yang ada di Buton. Namun jika melihat kelompok besarnya, di Buton Selatan umumnya didominasi etnis Ciacia dan sisanya Wolio.

Agama

Umumnya masyarakat Buton Selatan memeluk agama Islam.

Pekerjaan

Masyarakat Buton selatan berprofesi sebagai petani, nelayan, pelaut, pedagang, dan sebagian bekerja di sektor jasa lainnya.

Ekonomi

Pertanian dan Perkebunan

Produksi hutan Buton Selatan adalah rotan jenis batang yang memiliki luas area 150 Ha dengan total produksi 85.604 dan nilai produksinya mencapai 34.241.200. Selain itu terdapat pula perkebunan pohon palm agel yang digunakan sebagai salah satu bahan baku tali untuk dibuat menjadi aneka kerajinan, salah satunya dibuat sebagai tas tangan Agel. Di mana tas Agel ini merupakan salah satu cendera mata khas Sulawesi Tenggara.

Perikanan

Potensi ekspor selain tambang yaitu ikan laut yang mencapai ± 41.168,52 ton sehingga Kabupaten Buton Selatan merupakan jalur ikan terbesar di Indonesia. Terdapat pula potensi budidaya rumput laut yang produksinya mencapai ± 1.258,89 ton.

Pertambangan

Potensi ekonomi di Kabupaten Buton Selatan secara utuh memiliki tujuh potensi tambang yaitu mangan, uranium, nikel, aspal, pasir besi, marmer, dan logam mulia yang sebagian sudah menjadi komoditi ekspor.

Pariwisata

Dari sektor pariwisata, beberapa objek wisata baik wisata alam, sejarah maupun budaya menjadi daya tarik tersendiri. Seperti beberapa benteng bekas peninggalan Kesultanan Buton, adat dan tradisi masyarakat Ciacia, beberapa pantai pasir putih, lanskap yang khas, serta keindahan bawah laut Basilika (Batu Atas, Siompu, Liwutongkidi, dan Kadatua).

Energi

Potensi sungai Sampolawa di Kecamatan Sampolawa dengan debit 5,40 kubik per detik yang kapasitasnya mencapai 480,00 KW. Demikian maka keberadaan sumber daya air sungai Sampolawa dapat dijadikan sebagai penopang kebutuhan pasokan listrik bagi masyarakat dan pengembangan kawasan industri bagi Kabupaten Buton Selatan.

(Sumber : Wikipedia.org)

KABUPATEN BUTON UTARA




logo kabupaten buton utara
Kabupaten Buton Utara adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibukotanya adalah Buranga. Kabupaten yang juga dikenal sebagai Kabupaten Butur ini terletak di Pulau Buton yang merupakan pulau terbesar di luar pulau induk Kepulauan Sulawesi, yang menjadikannya pulau ke-130 terbesar di dunia [2]. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007. Buton Utara merupakan kawasan yang kaya sumberdaya alam. Buton Utara memiliki banyak potensi bahan tambang (aspal, minyak bumi, emas dan konon uranium), hasil hutan (jati, damar dan rotan), hasil laut serta kawasan perkebunan yang subur.
Kabupaten Buton Utara adalah 1 dari 16 usulan pemekaran kabupaten/kota yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 8 Desember 2006.
Ke-16 kabupaten/kota tersebut adalah:
  • Kabupaten Bandung Barat,
  • Kabupaten Gorontalo Utara,
  • Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,
  • Kabupaten Minahasa Tenggara,
  • Kota Subulussalam,
  • Kabupaten Pidie Jaya,
  • Kabupaten Kayong Utara,
  • Kabupaten Sumba Barat Daya,

Sejarah Singkat

Menurut sejarah, Kulisusu/Kolencusu/Kalingsusu merupakan salah satu dari empat benteng pertahanan Barata Patapalena (cadik penjaga keseimbangan perahu negara) pada masa Kesultanan Buton. Barata Kulisusu bersama-sama dengan Barata Muna, Barata Tiworo dan Barata Kaledupa merupakan pintu-pintu pertama pertahanan sebelum musuh masuk ke dalam wilayah pusat kekuasaan di Bau-Bau. Oleh karena itu itu mereka memiliki peran yang cukup penting dalam menjaga keselamatan negara. Mereka juga diberi hak otonom untuk mengatur sendiri daerahnya termasuk memiliki tentara sendiri namun dengan batasan-batasan pengaturan yang sudah digariskan oleh pemerintahan pusat yang ada di Baubau. LIPU TINADEAKONO SARA, bahwa berdasarkan sejarah Buton Utara adalah negeri yang didirikan dan dibangun oleh SARA. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2007 Tanggal 2 Januari 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Buton Utara Di Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Muna, maka pembagian wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Buton Utara meliputi 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bonegunu, Kambowa, Wakorumba, Kulisusu, Kulisusu Barat dan Kecamatan Kulisusu Utara.

Keadaan Wilayah

Geografi

Kabupaten Buton Utara dengan luas wilayah 1.923,03 km² (belum termasuk wilayah perairan), terletrak di jazirah Sulawesi Tenggara meliputi bagian Utara Pulau Buton dan gugusan pulau-pulau di sekitarnya; secara adminiistratif terdiri dari 6 kecamatan dan 59 desa/kelurahan/UPT. Ditinjau dari letak geografisnya Kabupaten Buton Utara terletak pada 4,6 LS – 5,15 LS serta membujur dari Barat ke Timur antara 122,59 BT – 123,15 BT, dengan batas-batas sebagai berikut:
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Wawonii
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton
  • Sebelah Barat berbatasan dengan selat Buton dan Kabupaten Muna

Topografi

Kabupaten Buton Utara merupakan dataran rendah dan sebahagian berbukit dengan keadaan tanah yang sangat subur terutama yang terletak pada pesisir pantai sangat cocok untuk pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Kabupaten Buton Utara bagian utara terdiri dari barisan pegunungan dan sedikit melengkung ke arah utara dan mendatar ke arah selatan dengan ketinggian rata-rata antara 300 – 800 meter di atas permukaan laut, sedangkan bagian timur sepanjang arah pegunungan merupakan daerah berbukit-bukit dan mendatar ke arah pantai timur dengan luas bervariasti. Dataran rendah yang cukup luas yaitu Cekungan Lambale < 29.000 ha sejajar dengan Sungai Lambale dan Sungai Langkumbe.

Luas Wilayah

Kabupaten Buton Utara yang terdiri dari 2 matra darat dan matra laut. Luas wilayah daratan seluas 1.923,03 km² dan luas perairan sekitar 2.500 km². Pembagian luas wilayah daratan menurut kecamatan masing-masing:
  • Kecamatan Bonegunu: 491,44 km² (25,56%)
  • Kecamatan Kambowa : 303,44 km² (15,78%)
  • Kecamatan Wakorumba : 245,26 km² (12,75%)
  • Kecamatan Kulisusu : 172,78 km² (8,98%)
  • Kecamatan Kulisusu Barat : 370,47 km² (19,26%)
  • Kecamatan Kulisusu Utara : 339,64 km² (17,66%)

Pemerintahan

Bupati Kabupaten Buton Utara adalah Ir. H. M. Ridwan Zakaria, M.si dan Wakil Bupatinya adalah Harmin Hari, SP, M.Si.

Wilayah Administrasi

Wilayah Administrasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Buton Utara terdiri dari enam kecamatan, yakni:
  1. Kecamatan Bonegunu
  2. Kecamatan Kambowa
  3. Kecamatan Kulisusu
  4. Kecamatan Kulisusu Barat
  5. Kecamatan Kulisusu Utara
  6. Kecamatan Wakorumba

Arti Lambang

Keterangan Warna
  1. Ungu: Ketenangan dan kesehatan
  2. Putih: Kesucian, Keluhuran dan Kejujuran
  3. Merah: Keberanian
  4. Kuning: Keagungan, Kejayaan dan Kemuliaan
  5. Hijau: Kesejukan,Kesuburan dan Kedamaian
  6. Biru: Kesegaran
  7. Coklat: Kesabaran, Penopang dan Kedekatan dengan Lingkungan serta tradisi dan kebudayaan
Keterangan Gambar
  1. Perisai melambangkan selalu ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah. Dengan lima sudut yang terdapat pada perisai menggambarkan konsistensi mempertahankan Pancasila.
  2. Telur berbentuk bulat lonjong memberi makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang kelak menetas menjadi suatu kesejahteraan hidup rakyat Buton Utara.
  3. Padi dan kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti pada Pancasila. Terdapat 17 (tujuh belas) butir menggambarkan kemerdekaan Indonesia dan bunga kapas berjumlah 8 (delapan) menggambarkan kemerdekaan Indonesia pada bulan 8.
  4. Kerang raksasa adalah lambang kebesaran masyarakat Buton Utara dan diyakini bahwa setiap orang yang berkunjung ke Buton Utara belum sampai di Buton Utara sebelum dapat menyentuh kerang tersebut. Kerang raksasa (Tridacna gigas) disamping symbol kebesaran juga secara hukum dan ilmiah merupakan hewan yang dilindungi serta menghasilkan mutiara. Bermakna bahwa kekayaan sumber daya alam harus dilestarikan, juga kerang bersifat mengfilter/menyaring bermakna bahwa masyarakat Buton Utara selalu selektif dan berhati-hati dalam segala perbuatannya.
  5. Benteng adalah lambang pertahanan dan keamanan mempertahankan harkat dan martabat kemanusiaan dan moral, mempertahankan jati diri terhadap pengaruh negatif dari luar, dan keamanan harus terjamin agar pembangunan dapat berjalan dinamis, menjaga/melestarikan kekayaan alam di darat dan di laut. Tidak semua daerah mempunyai benteng karena itu pencitraan atau karakter ini harus dipertahankan.
  6. Gunung dengan tiga puncak yang saling berhubungan menggambarkan bahwa filosofi dasar masyarakat Buton Utara ada tiga prinsip yakni Bolimo karo somanamo lipu, Bolimo lipu somanamo sara, dan Bolimo sara somanamo adati agama. Dalam kandungan gunung pasti mengandung kekayaan alam lainnya.
  7. Pita mempunyai makna keinginan masyarakat Buton Utara untuk menyerap, merekam dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
  8. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika. Rantai mempunyai makna adanya kebersamaan, persatuan dalam wilayah Kabupaten Buton Utara. Terdapat enam rantai yang saling berkaitan menggambarkan bahwa diawal pemekaran Buton Utara 6 wilayah kecamatan yang bersatu padu.
  9. Riak ombak terdapat 2 gelombang dan setiap gelombang terdapat 7 riak, menunjukkan bahwa Buton Utara mekar pada tanggal 2 tahun 2007. Riak ombak menggambarkan kekayaan alam pada matra laut beserta segala isinya.
  10. Buku yang terbuka melambangkan keinginan masyarakat untuk siap meraih prestasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa secara terus menerus dengan meningkatkan sumber daya manusia.
  11. Perahu, terdapat satu perahu bahwa Buton Utara mekar pada bulan 1 (Januari) dan dimana pun kita berada kita tetap tidak kehilangan identitas sebagai bangsa.
  12. Bintang mengandung makna global, jika dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi “gantungkan cita-cita setinggi bintang di langit”. Bintang yaitu lambang keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi “ adat bersendikan sara, sara bersendikan kitabullah”.
  13. Tulisan LIPU TINADEAKONO SARA, bahwa berdasarkan sejarah Buton Utara adalah negeri yang didirikan dan dibangun oleh SARA.

Kependudukan

Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Buton Utara berjumlah 48.184 jiwa dengan luas wilayah sebesar 1.923,03 km² mempunyai kepadatan penduduk rata-rata 25 jiwa/km². Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kulisusu sebesar 81 jiwa/km², menyusul Kecamatan Wakorumba sebesar 25 jiwa/km², Kecamatan Kulisusu Utara rata-rata 20 jiwa/km², Kecamatan Kambowa sebesar 18 jiwa/km², Kecamatan Kulisusu Barat 17 jiwa/km² dan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Bonegunu sebesar 15 jiwa/km².

Perekonomian

PDRB Kabupaten Buton Utara Tahun 2007 berdasarkan harga konstan Rp. 281.132,49 juta meningkat 5,03 % dibanding tahun sebelumnya. Perkembangan dari masing-masing sektornya adalah sebagai berikut:

Pertanian

Sektor pertanian meningkat 4,03 persen dengan nilai tambah sebesar Rp.138.395,06 juta dengan pertumbuhan terbesar terjadi pada subsektor perikanan yaitu sebesar 6,88 persen dengan nilai tambah sebesar 48.991,67 persen. Kemudian disusul pertumbuhan pada subsektor tanaman pangan sebesar 6,62 persen dan subsektor kehutanan sebesar 6,52 persen. Pertumbuhan yang paling rendah terjadi pada subsektor perkebunan dan subsektor peternakan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 1,84 persen dan 1,83 persen,serta nilai tambah. Masing-masing sebesar Rp.34.505,92 juta dan Rp. 26.823,52 juta.

Industri

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,66 persen dengan nilai tambah sebesar Rp.22.099,47 juta. Pertumbuhan terbesar terjadi pada industri barang lainnya 9,73 persen disusul barang dari dari kayu dan hasil hutan sebesar 8,90 persen. Sedangkan industri yang mangalami pertumbuhan paling kecil adalah industri alat angkutan, mesin dan peralatannya deng pertumbuhan masing-masing sebesar 3,29 persen dan 3,89 persen. Kemudian untuk nilai tambah sektor industri, jenis industri makanan, miniman dan tembakau memberikan kontribusi terbesar dalam nilai tambah PDRB sektor industri yaitu sebesar Rp. 14.126,43 juta, disusul industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya

Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan 7,25% dengan nilai tambah menjadi Rp. 1.517,17 juta. Sektor listrik, gas dan air minum tumbuh sebesar 5,59% dengan nilai tambah menjadi sebesar Rp. 1.086,20 juta. Untuk sektor ini bersumber dari sub sektor listrik dengan pertumbuhan sebesar 5,71 persen dan sub sektor air bersih sebesar 2,56 persen dengan nilai tambah masing-masing sebesar Rp. 1.045,67 juta dan Rp. 40,53 juta.

Konstruksi dan Bangunan

Sektor kontruksi/bangunan tumbuh 8,49% dengan nilai tambah Rp. 20.938,97. Sektor angkutan dan komunikasi tumbuh 8,49% dengan nilai tambah Rp. 7.823,19 juta. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi berasal dari sub sektor pengangkutan tumbuh sebesar 2,00% dengan nilai tambah sebesar Rp. 6.566,63 juta dan pertumbuhan sub sektor komunikasi sebesar 3,82% dengan nilai tambah Rp. 1.256,56 juta.

Perdagangan

Sektor perdagangan tumbuh 3,79% dengan nilai tambah sebesar Rp. 31.159,77 juta. Pertumbuhan sektor perdagangan berasal dari 3 (tiga) sub sektor, yaitu sub sektor perdagangan besar dan enceran yang tumbuh sebesar 17,94 % dan restoran tumbuh sebesar 1,55% dengan nilai tambah masing-masing Rp. 30.746,23 juta, Rp. 4,47 juta dan Rp. 409,07 Juta.

Keuangan, Penyewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,19% dengan nilai tambah sebesar Rp. 11.375,53 juta. Pertumbuhan sektor keuangan bersumber dari pertumbuhan sub sektor bank sebesar 11,81% disusul sub sektor jasa perusahaan sebesar 6,19%, sewa bangunan sebesar 4,86 % dan lembaga keuangan tanpa bank sebesar 1,68%.

Jasa

Sektor jasa tumbuh 5,61% dengan nilai tambah sebesar Rp. 46.737,134 juta, yang berasal dari pertumbuhan sub sektor jasa pemerintahan umum 5,61% dengan nilai tambah Rp. 44.315,78 juta dan sub sektor jasa swasta tumbuh sebesar 6,47% dengan nilai tambah Rp. 2.421,35 juta.

Sosial

Persentase penduduk Kabupaten Buton Utara yang berhasil memperoleh ijazah SD adalah sekitar 32,79 persen, penduduk laki-laki yang memiliki ijazah SD sebanyak 32,41 persen dan penduduk perempuan yang memiliki ijazah SD sebanyak 33,19 persen. Selanjutnya persentase penduduk berdasarkan ijazah yang dimiliki adalah untuk tingkat SLTP/MTs/Kejuruan adalah 17,37 persen, SMU/MA/SMK 13,32 persen, DI/DII/DIII sebanyak 0,92 persen, dan DIV/Universitas 1,67 persen.

  • Kabupaten Konawe Utara,
  • Kabupaten Buton Utara,
  • Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro,
  • Kabupaten Empat Lawang,
  • Kabupaten Batubara,
  • Kabupaten Nagekeo,
  • Kabupaten Sumba Tengah dan
  • Kota Kotamobagu  

KABUPATEN KOLAKA TIMUR



logo kabupaten kolaka timur
Kabupaten Kolaka Timur adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kolaka Timur merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB).[1]

Pembagian administratif

Kabupaten Kolaka Timur dibagi menjadi 13 kecamatan, antara lain:
  1. Ladongi
  2. Lalolae
  3. Lambandia
  4. Loea
  5. Mowewe
  6. Poli Polia
  7. Tinondo
  8. Tirawuta
  9. Uluiwoi
  10. Dangia
  11. Aere
  12. Ueesi
  13. Iwoimendaa
(Sumber : Wikipedia.org)

KABUPATEN BOMBANA



logo kabupaten bombana
Kabupaten Bombana adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, dengan ibukota Rumbia, dibentuk berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Buton.
Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 110.029 jiwa tercatat laki-laki sebanyak 54.635 jiwa dan perempuan 55.394 jiwa.
PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp. 516.353.940.000,- sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 409.844.460.000,- .
Berdasarkan harga berlaku, PDRB perkapita pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.961.955,24,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 4.860.670,99,- atau naik sebesar 22,68 persen.

Sejarah Singkat

BOMBANA dikenal sebagai wilayah yang dihuni oleh Suku 'Moronene' sebagai penduduk asli, salah satu etnis terbesar di Sulawesi Tenggara, dimitoskan sebagai Negeri Dewi Padi (Dewi Sri). Konon, sang dewi pernah turun di sebuah tempat yang belakangan disebut Tau Bonto (saat ini lebih dikenal dengan penulisan Taubonto, ibukota Kecamatan Rarowatu). Dalam Bahasa Moronene, 'tau bonto' berarti tahun pembusukan, karena ketika Dewi Padi itu turun di tempat tersebut, produksi padi ladang melimpah ruah sehingga penduduk kewalahan memanennya. Akibatnya, banyak padi tertinggal dan membusuk di ladang. Padahal, luasan ladang yang dibuka tak seberapa, hanya beberapa hektare saja untuk setiap keluarga.
Taubonto menjadi pusat pemerintahan pada zaman kekuasaan mokole, gelar raja di wilayah Moronene pada masa lalu. Pada masa pemerintahan swapraja Buton pascakemerdekaan, wilayah kekuasaan mokole berubah menjadi wilayah distrik dan selanjutnya sekarang menjadi kecamatan.
Secara historis, wilayah Moronene di daratan besar jazirah Sulawesi Tenggara mencakup sebagian Kecamatan Watubangga di Kabupaten Kolaka sekarang. Namun, yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Buton (waktu itu) hanya Kecamatan Poleang dan Kecamatan Rumbia. Saat itu telah berkembang menjadi empat kecamatan. Dua kecamatan tambahan sebagai hasil pemekaran adalah Poleang Timur dan Rarowatu. Kecamatan Rarowatu berpusat di Taubonto.
Pulau Kabaena juga termasuk wilayah Moronene, sebab penduduk asli pulau penghasil gula merah itu adalah suku Moronene. Meski demikian, pemerintahan Mokole di Kabaena bersifat otonom, tidak ada hubungan struktural maupun hubungan afiliatif dengan kekuasaan Mokole di daratan besar, akan tetapi hubungan kekerabatan di antara mokole dan rakyat sangat erat terutama bahasa dan budaya yang khas. Kekuasaan mokole di Kabaena berada di bawah kontrol Kesultanan Buton, seperti halnya mokole lainnya di daratan besar jazirah Sulawesi Tenggara. Sultan Buton menempatkan petugas keraton di Kabaena yang bergelar Lakina Kobaena. Karena itu secara struktural Kabaena lebih dekat dengan Buton, walaupun begitu secara kultural lebih dekat dengan Bombana, terkait budaya dan bahasa, serta ras.

Keadaan Wilayah

Luas Wilayah

Kabupaten Bombana mempunyai wilayah daratan seluas 2.845,36 km² atau 284.536 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 11.837,31 km².

Letak Geografis

Kabupaten Bombana terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara antara 4°30' – 6°25' Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur antara 120°82' – 122°20' Bujur Timur.

Batas wilayah

Wilayah Kabupaten Bombana berbatasan dengan:
Utara Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan
Selatan Laut Flores
Barat Teluk Bone
Timur Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton

Pemerintahan

Pemerintahan Daerah

Kabupaten Bombana sebelumnya menjadi bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Buton, namun pada tahun 2003 wilayah ini resmi berdiri menjadi sebuah daerah otonom.
Kabupaten Bombana Tahun 2010 terdiri dari 22 kecamatan, yaitu:
  1. Kecamatan Kabaena
  2. Kecamatan Kabaena Timur
  3. Kecamatan Kabaena Barat
  4. Kecamatan Kabaena Utara
  5. Kecamatan Kabaena Selatan
  6. Kecamatan Kabaena Tengah
  7. Kecamatan Poleang
  8. Kecamatan Poleang Barat
  9. Kecamatan Poleang Timur
  10. Kecamatan Poleang Tenggara
  11. Kecamatan Poleang Utara
  12. Kecamatan Poleang Selatan
  13. Kecamatan Poleang Tengah
  14. Kecamatan Tontonunu
  15. Kecamatan Rarowatu
  16. Kecamatan Rarowatu Utara
  17. Kecamatan Lantari Jaya
  18. Kecamatan Mata Usu
  19. Kecamatan Rumbia
  20. Kecamatan Rumbia Tengah
  21. Kecamatan Masaloka Raya
  22. Kecamatan Mata Oleo
Pjs. Bupati Kabupaten Bombana yang pertama adalah dr. Syafiuddin Dullah, mantan Wakil Direktur Rumah Sakit Daerah Sulawesi Tenggara, sedangkan Bupati hasil pemilihan langsung tahun 2005 adalah Dr. H. Atikurrahman, MS. Kemudian, berdasarkan pemilihan langsung tahun 2011, digantikan oleh H. Tafdil sebagai Bupati Bombana dengan Hj. Masyhura Illadamay sebagai Wakil Bupati periode 2011-2016.
Pusat pemerintahan Bombana di Rumbia sekitar 200 meter dari Selat Kabaena. Kota ini telah dialiri listrik PLN selama 24 jam.

Pemerintahan Desa

Pada tahun 2005 di Kabupaten Bombana terdapat 67 Desa dan 12 Kelurahan, dengan klasifikasi sebanyak 28 Desa/Kelurahan atau 35,44 persen merupakan desa swadaya, 25 Desa/Kelurahan atau 31,65% merupakan desa swakarya serta 26 Desa/Kelurahan termasuk kriteria desa swasembada.

Kependudukan dan Tenaga Kerja

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2000 berjumlah 98.568 jiwa yang terdiri dari 48.896 jiwa laki-laki dan 49.672 jiwa perempuan. Tiga tahun kemudian tahun 2003 tercatat jumlah penduduk sebanyak 105.498 jiwa, sehingga laju pertumbuhan penduduk per tahun selama 3 tahun sebesar 2,34% per tahun. Penduduk pada tahun 2005 sebanyak 110.029 jiwa, tercatat jumlah penduduk laki-laki sebanyak 54.638 jiwa (49,66%) dan perempuan 55.394 jiwa (50,34%).

Persebaran Penduduk

Pada tahun 2005 terlihat bahwa 22,59% jumlah penduduk berada di Kecamatan Poleang Timur, 17,94% berada di Kecamatan Poleang, 16,75% berada di Kecamatan Kabaena, 12,40% penduduk berada di Kecamatan Rarowatu dan 7,84% berada di Kecamatan Kabaena Timur. Kecamatan yang paling padat penduduknya pada tahun 2005 adalah Kecamatan Poleang sebesar 55 jiwa/km2 sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Rarowatu dan Kecamatan Kabaena Timur masing-masing 23 jiwa/km2.

Tenaga Kerja

Penduduk usia 10 tahun keatas bila ditinjau dari segi ketenagakerjaan merupakan penduduk usia kerja, yakni sebanyak 82.154 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 40.714 jiwa atau 57,46% dan perempuan sebanyak 41.440 jiwa atau sebesar 23,28% dari jumlah penduduk. Dari usia kerja tersebut terdapat angkatan kerja sebanyak 44.289 jiwa dan bukan angkatan kerja sebanyak 37.865 jiwa. Dari angkatan kerja sebanyak 44,289 jiwa terdiri dari yang bekerja sebanyak 38.677 jiwa atau 87,33% atau 53,91% terhadap penduduk usia kerja dan penggangguran terbuka sebanyak 5.612 atau sebesar 12,67%. Dari 37.865 jiwa yang bukan merupakan angkatan kerja terdiri dari sekolah 15.128 jiwa atau 39,95%, mengurus rumah tangga dan lainnya sebesar 22.737 jiwa atau 60,05%.

Sosial

Pendidikan

Jumlah Sekolah Taman Kanak-Kanak tahun 2003 sebanyak 26 buah, tahun 2004 naik menjadi 40 buah dan pada tahun 2005 turun menjadi 37 buah. Sementara itu jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 63 orang, tahun 2004 menjadi 101 orang dan pada tahun 2005 menjadi 51 orang. Begitu pula dengan jumlah murid tahun 2003 sebanyak 995 orang, naik menjadi 1061 orang pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 1.174 orang pada tahun 2005. Pada tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 1 orang murid terhadap sekolah rata-rata 32 orang dan murid terhadap guru rata-rata 23 orang.
Untuk jenjang Pendidikan Sekolah Dasar jumlah sekolah pada tahun 2003 sebanyak 131 buah, tahun 2004 juga 131 buah dan pada tahun 2005 menjadi sebanyak 123 buah. Sementara itu jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 908 orang, tahun 2004 menjadi 838 orang dan tahun 2005 menurun menjadi 810 orang. Begitu pula jumlah murid tahun 2003 sebanyak 18.249 orang, tahun 2004 sebanyak 17.389 orang dan tahun 2005 sebanyak 13.949 orang. Pada tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 7 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 113 orang dan rasio murid terhadap guru rata-rata 17 orang.
Pada jenjang pendidikan SLTP jumlah sekolah pada tahun 2003 sebanyak 25 buah pada tahun 2004 menjadi 29 buah dan pada tahun 2005 menjadi 17 buah. Akan halnya jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 381 orang, tahun 2004 sebanyak 172 orang dan tahun 2005 menjadi hanya 158 orang. Sedangkan jumlah murid tahun 2003 sebanyak 1. 746 orang, tahun 2004 naik menjadi 4.835 orang dan pada tahun 2005 menjadi 3.376 orang. Tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 9 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 199 orang dan rasio antara murid terhadap guru rata-rata 21 orang.
Untuk jenjang pendidikan SLTA, jumlah sekolah tahun 2003 sebanyak 5 buah, tahun 2004 sebanyak 11 buah dan tahun 2005 menjadi 8 buah. Sementara itu jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 82 orang, tahun 2004 menjadi 105 orang dan tahun 2005 menjadi hanya 68 orang. Begitu pula dengan jumlah murid tahun 2003 sebanyak 1.516 orang, tahun 2004 sebanyak 2.606 orang dan tahun 2005 menjadi 1.878 orang. Sementara itu pada tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 9 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 235 orang dan rasio murid terhadap guru rata-rata 28 orang.

Kesehatan

Di Kabupaten Bombana pada tahun 2005 ini terdapat 1 rumah sakit umum, kemudian Puskesmas perawatan sebanyak 5 unit yang tersebar pada 5 kecamatan dari 7 kecamatan yang ada, Puskesmas Pembantu sebanyak 34 unit, Puskesmas Keliling Roda 4 sebanyak 7 unit, Puskesmas Keliling Boat 1 buah dan Posyandu sebanyak 180 unit. Tenaga kesehatan terdapat Dokter Umum sebanyak 4 orang, dokter gigi 1 orang, SKM sebanyak 2 orang dan paramedis sebanyak 115 orang.

Agama

Pada tahun 2005 jumlah penduduk menurut agama adalah: Islam sebanyak 107.029 orang, Katolik sebanyak 24 orang, Protestan sebanyak 685 orang dan Hindu sebanyak 271 orang.
Tempat ibadah menurut agama pada tahun 2005: Mesjid sebanyak 172 buah, Mushallah 28 buah, Gereja 9 buah dan Pura sebanyak 6 buah.

Lainnya

Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Bombana mulai tahun 2000–2005 berupa bencana banjir sebanyak 3 kasus dan kebakaran sebanyak 4 kasus.

Ekonomi

Pertanian dan Perkebunan

Pada tahun 2005 produksi padi sawah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2004, yaitu dari 44.334 ton tahun 2004 meningkat menjadi 61.132 ton tahun 2005. Naiknya produksi ini diikuti pula dengan meningkatnya luas panen dari 9.852 Ha pada tahun 2004 menjadi 13.585 pada tahun 2005.
Produksi buah-buahan yang terbanyak adalah pisang, yaitu 1.011 Kw diikuti oleh jeruk sebanyak 284 Kw, mangga sebanyak 122 Kw, sedangkan buah-buahan yang paling sedikit produksinya adalah sukun yang hanya sebanyak 6 Kw.
Produksi tanaman sayur-sayuran pada tahun 2005 tanaman yang berproduksi adalah kacang panjang, cabe/lombok, tomat, terong, bayam dan semangka. Produksi sayur-sayuran yang terbanyak adalah semangka sebanyak 48 Kw, menyusul terung 24 Kw dan kacang panjang sebanyak 8 Kw.
Pada tahun 2005 produksi perkebunan rakyat yang tertinggi adalah kelapa dalam yaitu sebanyak 14.641,98 ton, menyusul kakao 10.201,54 ton, jambu mete 5.569,35 ton, kelapa hibrida 2.136,63 ton, aren/enau 1.214 ton, kopi 549,7 ton sedangkan yang terendah produksinya adalah tanaman pala yang hanya mencapai satu ton.

Kehutanan

Produksi rotan pada tahun 2005 sebesar 409.400 ton, dengan produksi terbanyak dihasilkan oleh Kecamatan Rarowatu sebesar 249.400 ton, sedangkan produksi kayu jati logs sebesar 3.250 ton, kayu jati gergajian sebesar 2.719 ton, kayu rimba logs sebanyak 590,4 ton dan kayu rimba gergajian sebesar 926 ton.
Hutan lindung di Kabupaten Bombana tahun 2005 seluas 68.971 ha atau 28,61% dari jumlah hutan secara keseluruhan, menyusul hutan produksi seluas 66.200 ha (28,41%) hutan wisata/PPA seluas 44.900 ha (19,27%), hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 31.000 ha (13.30%), dan hutan produksi terbatas seluas 21.279 ha (9,13%).

Peternakan dan Perikanan

Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi, kerbau, kuda pada tahun 2005 secara berturut-turut adalah 21.287 ekor, 1.078 ekor dan 1.545 ekor. Bila dibandingkan dengan tahun 2004 sapi mengalami peningkatan sebesar dimana tahun 2004 mencapai 21.555 ekor dan tahun 2005 meningkat menjadi 21.827 ekor. Ternak kerbau jika dibandingkan dengan tahun 2004 mengalami kenaikan dari 1.075 pada tahun 2004 menjadi 1.078 ekor pada tahun 2005. Begitu juga dengan ternak kuda, mengalami penurunan populasi, dimana pada tahun 2004 mencapai 1.568 ekor, tahun 2005 hanya mencapai 1.545 ekor.
Produksi perikanan tahun 2005 sebanyak 20.667,68 ton yang terdiri dari perikanan laut sebanyak 18.662,5 ton perikanan darat (tambak) sebanyak 1.845,9 ton secara budidaya laut sebanyak 159 ton. Wilayah yang menghasilkan produksi perikanan terbanyak adalah Kecamatan Rumbia sebesar 16.215,9 ton dan yang terendah Kecamatan Rarowatu hanya mencapai 39,64 ton.
Pada umumnya alat penangkap ikan masih tradisional terdiri dari pukat kantong sebanyak 59 unit, pukat cincin 5 unit jaring insang 553 unit jaring angkat 76 unit pancing 28.130 unit, perangkap 1.742 unit dan lainnya sebanyak 1.498 unit. Jumlah KK nelayan tahun 2005 adalah sebanyak 2.501 KK.

Industri

Pada tahun 2005 perusahaan industri yang berbadan hukum terdapat 27 unit industri kecil dengan 106 tenaga kerja yang tersebar di 7 kecamatan.
Penggalian golongan C ada beberapa jenis komoditi yang cukup potensial dan telah dieksplorasi, yaitu batu koral, pasir, kapur, pasir kuarsa dan tanah liat.
Pada Tahun 2008 telah ditemukan jenis komoditi emas yang tersebar di sepanjang sungai di wilayah Kecamatan Rarowatu dan Rarowatu Utara[2].

Perdagangan

Komoditi-komoditi potensial yang diperdagangkan antar pulau antara lain adalah hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Total volume komoditi yang diperdagangkan untuk tahun 2005 adalah sebesar 276.413,6 ton dengan nilainya sebesar Rp. 190.844.564.000,- Komoditi kehutanan merupakan komoditi yang tertinggi di perdagangkan yaitu sebesar 259.867,751 ton dengan nilai sebesar Rp. 51.880.182.000,- menyusul komoditi perkebunan sebesar 14.071.200 ton dengan nilai sebesar Rp. 123.831.900.000,- Sedangkan yang terendah adalah komoditi pertanian tanaman pangan yang hanya mencapai 7,30 ton dengan nilai sebesar Rp. 24.700.000,- menyusul peternakan sebesar 14,248 ton dengan nilai sebesar Rp. 60.200.000,-

Komunikasi dan Transportasi

Komunikasi di Bombana mengalami sedikit hambatan, telepon kabel belum tersambung dan baru 2 operator telepon seluler yang beroperasi dengan jumlah BTS yang terbatas.
Di Rumbia terdapat pelabuhan kapal cepat dan kapal biasa yang melayani rute ke Kota Bau-Bau, beroperasi hanya bila tanggal genap. Penyeberangan dari Rumbia ke Bau-Bau dapat ditempuh dalam tempo tiga jam, sementara dengan kapal biasa memakan waktu sembilan jam.
Angkutan umum yang melayani rute dari pusat pemerintahan kabupaten ke Ibu Kota Provinsi, yakni Kendari berakhir pukul satu siang. Angkutan lalu lintas dari atau menuju Kota Kendari melalui jalan di tengah Taman Nasional Rawa Aopa yang merupakan penangkaran Rusa yang sudah cukup langka.

(Sumber : Wikipedia.org)

 

 

KABUPATEN KOLAKA UTARA



logo kabupaten kolaka utara
Kabupaten Kolaka Utara adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia dengan ibukota Kecamatan Lasusua. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka yang disahkan dengan UU Nomor 29 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003.
Jumlah penduduk dari hasil registrasi akhir tahun 2005, yaitu sebesar 113.317 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 57.438 jiwa atau 50.69% dan perempuan sebesar 56.879 jiwa atau 49.31%.
Sumber pendapatan utama kabupaten ini adalah perkebunan kakao, kelapa dan cengkeh. Sekitar 80% penduduk kabupaten ini bergantung pada perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
PDRB Kabupaten Kolaka Utara atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 653.102,42,- juta dan bilamana dibandingkan dengan angka PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun yang sama dengan jumlah sebesar Rp. 8.026.856,22,- juta sehingga menunjukan bahwa peranan Kabupaten Kolaka Utara terhadap provinsi tersebut sebesar 8,14%.
Berdasarkan harga berlaku PDRB perkapita Kabupaten Kolaka Utara tahun 2004 Rp. 9.398.723,48,- meningkat menjadi Rp. 10.462.021,81,- tahun 2005 atau sebesar 11,31%.

Keadaan Wilayah

Luas Wilayah

Kabupaten Kolaka mencakup wilayah daratan dan kepulauan yang memiliki daratan seluas 3.391 km2 dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas ± 5.000 km2.

Letak Geografis

Secara geografis terletak memanjang dari utara ke selatan berada di antara 2.00° Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 122.045° – 124.060° Bujur Timur, berbatasan dengan:
Utara Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan
Selatan Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
Barat Teluk Bone
Timur Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara

Topografi

Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka Utara umumnya terdiri dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan. Di antara gunung dan bukit terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

Hidrologis

Kabupaten Kolaka Utara memiliki beberapa sungai yang tersebar pada 6 (enam) kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigasi serta pariwisata. Dipandang dari sudut oceanografi memiliki perairan (laut) yang sangat luas, yaitu diperkirakan mencapai lebih dari 5.000 km2. Perairan ini masih belum begitu dimanfaatkan secara optimal walaupun potensial untuk usaha perikanan.

Iklim

Kabupaten Kolaka Utara mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar 10 °C dan maksimum 31 °C atau rata-rata antara 24 °C - 28 °C.

Pemerintahan

Pemerintahan Daerah

Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kolaka Utara tahun 2005 terdiri atas 6 kecamatan, 78 desa dan 3 kelurahan. Adapun pembagian wilayah administrasi pemerintahan kecamatan, yaitu:
  1. Kecamatan Batu Putih dengan ibukotanya Batu Putih terdiri dari 13 desa dan 1 kelurahan
  2. Kecamatan Kodeoha dengan ibukotanya Mala-Mala terdiri dari 13 desa
  3. Kecamatan Lasusua dengan ibukotanya Lasusua terdiri dari 12 desa dan 1 kelurahan
  4. Kecamatan Ngapa dengan ibukotanya Lapai terdiri dari 11 desa
  5. Kecamatan Pakue dengan ibukotanya Olo-Oloho terdiri dari 17 desa dan 1 kelurahan
  6. Kecamatan Ranteangin dengan ibukotanya Ranteangin terdiri dari 12 des

Pemerintahan Desa

Jumlah desa/kelurahan pada tahun 2005 yang sudah mencapai tingkat swasembada baru sebanyak 6 desa atau 7,41% dari 81 desa, sedangkan sisanya sebanyak 75 desa atau 92,59% merupakan desa swakarya.

Dewan Perwakilan Rakyat

Jumlah anggota DPRD Kabupaten Kolaka Utara sebanyak 20 orang terdiri dari Fraksi Golkar sebanyak 4 orang, PNBK sebanyak 3 orang, PAN sebanyak 3 orang, PPDK sebanyak 1 orang, PBB sebanyak 2 orang, PPP sebanyak 2 orang, PKS sebanyak 2 orang, PBR sebanyak 2 orang dan Partai Pelopor 1 orang.

Kependudukan dan Tenaga Kerja

Kependudukan

Pada tahun 2003 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara telah berjumlah 96.573 jiwa. Tahun 2004 meningkat menjadi 99.077 jiwa atau naik menjadi 2,59%. Pada tahun 2005 naik menjadi 113.317 jiwa atau naik 14,37%, tersebar di berbagai daerah kecamatan, meliputi: Ranteangin 14,67%, Lasusua 17,67%, Kodeoha 14,29%, Ngapa 17,46%, Pakue 22,48% dan Batu Putih 13,43%.
Laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan pada kurun waktu 2003-2005 yang berada di atas 9,00% per tahun adalah Pakue sebesar 11,32% kemudan Ngapa sebesar 10,32%.
Kepadatan penduduk pada tahun 2005 adalah 33 jiwa setiap 1 km2 dari enam kecamatan, kecamatan yang memiliki kepadatan di atas 50 jiwa setiap 1 Km2 adalah Lasusua yaitu 54 jiwa dan Ngapa 79 jiwa. Untuk Kecamatan Ranteangin, Kodeoha, Pakue dan Batu Putih kepadatannya dibawah 50 jiwa setiap 1 km2.

Tenaga Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut jenis kelamin pada tahun 2005 TPAK laki-laki jauh lebih tinggi yaitu 81,37% dan untuk perempuan 69,75%.
Jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2005 sebesar 73.619. Dari jumlah penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 55.634 orang (75,57%) merupakan angkatan kerja dan sisanya 18.328 orang (24.43%) merupakan bukan angkatan kerja. Dari jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja menyerap sebanyak 83,91%, sedangkan pencari kerja (pengangguran terbuka) sebanyak 16,09%.

Pendidikan

Pada tahun 2004/2005 jumlah TK sebanyak 40 unit dan pada tahun 2005/2006 menjadi 46 unit atau meningkat 15%, kemudian guru meningkat 15%, yaitu dari 123 orang pada tahun 2004 menjadi 142 orang pada tahun 2005/2006 serta murid bertambah dari 1.221 orang pada tahun 2004/2005 menjadi 1.805 orang pada tahun 2005/2006 meningkat 47%.
Untuk SD tahun 2004/2005 berjumlah 78 unit, guru meningkat dari 464 orang pada tahun 2004/2005 menjadi 766 orang pada tahun 2005/2006 atau meningkat sebesar 65,08%. Sementara murid juga mengalami kenaikan dari 16.910 orang pada tahun 2004/2005 menjadi 17.571 orang pada tahun 2005/2006 atau meningkat 3,9%.
Untuk SMU tahun 2004/2005 berjumlah 3 unit. Guru menurun dari 73 orang tahun 2004/2005 menjadi 72 orang pada tahun 2005/2006 atau turun 1,36%. Sementara murid mengalami kenaikan dari 1.654 orang tahun 2004/2005 menjadi 1.714 orang tahun 2005/2006 atau meningkat 3,62%.

Kesehatan

Tahun 2005 jumlah fasilitas kesehatan terdiri dari 7 unit Puskesmas, Puskesmas Pembantu 15 unit dan Puskesmas Plus 1 unit.
Tenaga kesehatan terdiri dari 14 orang dokter, apoteker 5 orang, perawat 65 orang, bidan 27 orang dan tenaga kesehatan lainnya 30 orang.

Agama

Pada tahun 2005 terdapat 143 unit tempat peribadatan yang terdiri dari 123 unit masjid, 19 unit mushola dan 1 buah gereja.
Pada tahun 2004 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara 113.317 jiwa, di antaranya 112.675 jiwa (99,43%) pemeluk agama Islam, 253 jiwa (0,23%) pemeluk agama Kristen Protestan, 313 jiwa (0,27%) pemeluk agama Katolik dan pemeluk agama Hindu/Budha 16 jiwa (0,01%).

Ekonomi

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Dari jenis tanaman bahan makanan, produksi paling besar pada tahun 2005 adalah produksi padi sawah sebesar 12.701 ton atau 78,51% dari total produksi dari jenis tanaman bahan makanan, diikuti padi ladang sebesar 1.313 ton atau 8,12% ubi kayu sebesar 928 ton atau 5,74%, ubi jalar 816 ton atau 5,04%. Dari seluruh jenis tanaman bahan makanan yang paling terkecil produksinya adalah kacang kedelai.
Pada tahun 2005 dari beberapa jenis produksi seluruh tanaman perkebunan rakyat, lima jenis perkebunan rakyat merupakan lima terbesar hasil produksinya, yaitu: coklat sebesar 55.978,38 ton atau 86,76% dari seluruh produksi tanaman perkebunan rakyat, kelapa sebesar 5.116,99 ton atau 7,93%, cengkeh sebesar 2.706,65 ton atau 4,20%, kopi sebesar 286,33 ton atau 0,44%, jambu mete sebesar 187,61 ton atau 0,29%.
Dari luas hutan 2005 seluas 257.434,29 ha, kecamatan yang memiliki hutan terluas adalah Kecamatan Batu Putih seluas 104.4247,29 ha atau 40,56% dan luas hutan terendah adalah Kecamatan Ngapa seluas 9.976,47 ha atau 3,88%.

Peternakan dan Perikanan

Jenis populasi ternak yang dikembangkan terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Untuk ternak besar meliputi sapi, kerbau dan kuda, sedangkan ternak kecil adalah kambing, domba dan ternak unggas meliputi ayam kampung dan ayam ras serta itik.
Pada tahun 2005 produksi ikan tercatat sebesar 6.938,2 ton terdiri dari produksi ikan laut 5.737,0 ton dan produksi ikan darat 1.201,2 ton dengan produksi ikan tertinggi berada di Kecamatan Pakue sebesar 2.361,3 ton.

Industri dan Pariwisata

Pada tahun 2005 jumlah perusahaan industri Logam, yaitu 35 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 175 orang dan industri aneka berjumah 99 buah dengan tenaga kerja 297 orang.
Sarana penunjang kepariwisataan berupa hotel pada tahun 2005 mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 11 buah atau naik 57,14% dibandingkan tahun 2004 dan 2003 yang hanya ada 7 buah hotel. Pada tahun 2005 jumlah kamar hotel sebanyak 97 kamar dan untuk tempat tidur sebanyak 119 unit.

Perdagangan

Dalam kegiatan perdagangan antar pulau, barang-barang yang diperdagangkan terdiri dari barang-barang hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Pada tahun 2004 volume perdagangan sebesar 8.267.392,50 ton yang terdiri dari hasil pertanian sebesar 24.575,00 ton atau 0,30% dari total volume perdagangan Kolaka Utara, hasil perkebunan sebesar 8.015.243,00 ton atau 96,95%, hasil hutan sebesar 227.090,00 ton atau 2,75% dan hasil perikanan sebesar 484,50 ton atau 0,01% dengan nilai perdagangan sebesar Rp. 2.135.044,-[butuh rujukan]
Daerah pelabuhan tujuan seluruhnya ada di Ujung Pandang dengan volume 8.267.392,50 ton dengan nilai perdagangan sebesar Rp. 2.135.045,- pada tahun 2004

(Sumber : Wikipedia.org)